top of page
  • Writer's picturejejegcreative

Sexy Killers: Kisah Si Pembunuh Seksi di Dunia Pertambangan


Oleh Misericordias Domini (160905972)


Film merupakan salah satu bentuk dari produk industri budaya. Dengan ide-ide kreatif hal-hal sederhana bisa menjadi sesuatu yang luar biasa dan mungkin tidak terbayangkan oleh orang lain. Film menjadi media massa yang cukup membantu untuk memberikan gambaran kejadian kepada penonton.


Dalam sebuah film dapat disajikan beragam permasalahan sosial, kultural, ekonomi, dan politiko-ideologis. Berbagai sudut pandang pun dapat diambil untuk memahami suatu fenomena. Pembingkaian topik film pun turut dilakukan agar sesuai dengan kepentingan si pembuat film dan orang-orang di belakangnya.


Film sebagai media massa berpotensi memiliki dampak yang besar bagi khalayaknya. Entah itu dampak positif maupun negatif, semua kesimpulan tergantung dari pandangan dan referensi masing-masing orang dalam memandang fenomena atau isu yang ada.


Baru-baru ini telah dirilis sebuah film berjudul “Sexy Killers” produksi Watchdoc. Film ini cukup gempar di berbagai kalangan di Indonesia. Karena isu yang diangkat dalam film ini terbilang cukup sensitif.


Tentang Film


Sekilas melihat poster dari film dokumenter “Sexy Killers”, kita bisa mendapati terdapat kapal tongkang bermuatan batubara yang sedang berlayar dilautan. Mungkin setelah melihat poster ini, anda baru bisa menduga-duga apa yang akan di bahas di dalam filmnya.


Secara garis besar film ini membahas mengenai oligarki dalam dunia pertambangan di Indonesia. Menggambarkan proses dari penambangan batubara sampai pengeolalaan hingga pemanfaatannya. Namun, bukan hanya itu yang dibahas. Film ini juga menunjukan dampak lingkungan, sosial dan budaya dari adanya aktivitas pertambangan. Serta, tak luput dari bahasan, yaitu orang-orang dibalik pertambangan ini juga turut dibahas di dalam film ini.


Awalnya film ini hanya dapat diakses melalui jalur khusus, yaitu dengan mengirim inbox permintaan film ke fanpage Facebook Watchdoc Documentary atau SMS ke 085840128194. Adapaun ketentuan dari pihak Watchdoc yang dipublikasikan melalui akun Instagram Watchdoc bagi komunitas penyeleggara acara nonton bersama film ini.


Namun, sekarang film ini sudah dapat diakses dengan mudah. Watchdoc telah mengunggah film ini di channel YouTube mereka pada Minggu (13/4). Penekanan tombol public di Youtube dilakukan oleh Zaini dan Dulhakim, dua nelayan dari Dusun Roban Timur, Desa Sengon, Subah, Batang.


Pemutaran Film


Film ini telah banyak diputar diberbagai tempat. Dilansir dari instagram resmi Watchdoc film ini telah diputar dalam acara nonton bareng di 476 titik yang tersebar di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 5 -13 April 2019.


LBH Yogyakarta pada Senin (8/4). Telah menyelenggarakan acara nonton bareng dan diskusi film “Sexy Killers” di kantor mereka yang juga di buka untuk umum, dengan mengundang pemantik diskusi Merah Johansyah selaku Koordinator Jatam dan Lutfy Mubarok dari LBH Yogyakarta.


Pemutaran film Sexy Killer dalam acara nonto bareng dan diskusi yang diadakan di kantor LBH Yogyakarta, Senin (8/4). (Dok.Pribadi)

Dalam diskusi ini, Merah menyebutkan, “film ini merupakan potret lengkap eksplotasi batubara dari hulu hingga ke hilir. Adanya aktivitas penambangan ini ada ongkos sosial dan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Secara lengkap dan utuh di sini juga menunjukan mengenai masalah kepentingan.


Pemerintah tidak bisa lepas karena ada konflik kepentingan. Bentang alam kita rusak karena bentak politik kita. Oligarki membantu melancarkan turunnya kapitalisme. Harusnya politik hulu dan hilir dijalankan dalam proses pengambilan keputusan”.


Segmen diskusi dalam rangkaian acara diskusi dan nonton bareng film Sexy Killers di kantor LBH Yogyakarta, Senin (8/4). (Dok.Pribadi)

Lutfi juga menyatakan, “aktivitas pertambangan dari hulu ke hilir semuanya bermasalah. Dari mulai saat mengambil sampai saat pemakaian. Bahkan sisa pemakaiannya pun turut bermasalah dan memiliki dampak. Pemerintah tampak tidak ada keseriusan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dalam konteks perpolitikan tidak ada kenginan melindungi alam karena mereka pun turut terlibat dalam pertambangan”.


Kelas Reportase Investigasi FISIP UAJY (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Jum’at (12/4) di Laboratorium Audio Visual FISIP. Juga turut memutarkan film ini dengan mengundang pemantik diskusi Tommy Apriando selaku Peneliti dan Videografer Film “Sexy Killers”, Himawan Kurniadi dari pihak WALHI Yogyakarta dan Olivia Lewi selaku dosen FISIP UAJY.


Pemutaran film Sexy Killers di Laboratorium Audio Visual FISIP UAJY, Jum'at (12/4). (Dok.Pribadi)

Tommy dalam diskusi mengungkapkan dalam film ini memang masih banyak kekurangan. Masih ada keterbatasan data di sini, semuanya belum terungkap. Mungkin kelemahan dalam film ini dapat digunakan untuk diangkat kembali ke edisi selanjutnya dan semoga dapat menginsiparasi menjadi karya baru. “Dalam pembuatan film ini pun memang banyak resiko. Ancaman pasti ada tapi jangan dijadikan untuk berhenti,” ujarnya menambahkan.


Diskusi yang dilaksanakan setelah pemutaran film Sexy Kilers , Jum'at (12/4). (Dok.Pribadi)

Terdapat juga pernyataan lain dari Himawan mengenai film ini, ia mengatakan, “film ini sangat bagus bisa mnggambarkan siatuasi tambang saat ini. Politik hari ini berada pada oligarki, kekuasan yang dipegang oleh beberapa orang saja. Keuntungan hanya di pemodal bukan di rakyat.”


Film ini mendapat apresiasi dari Lewi, menurutnya film ini cukup multisisi mengangkap fakta dari berbagai sisi. Dilihat dari sisi jurnalistik dalam film ini jurnalis sudah memihak kepada kaum terdiskriminasi.


Jangan lupa dengarkan versi podcast mengenai Sexy Killers, KLIK DISINI!!


214 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page